Sebelum ini, siapa menyangka kalau Donald Trump bakal menang dalam pilpres AS?. Kandidat yang dinilai kontroversial karena pernyataan-pernyataan ceplas-ceplosnya, juga latar belakang kehidupan yang tak banyak bersinggungan dengan hiruk pikuk politik praktis, sebelum pemilihan oleh banyak pengamat dan lembaga survie diprediksi akan kalah dari pesaingnya, Hillary Clinton.
Banyak yang tak habis pikir, bagaimana itu bisa terjadi? "Itulah politik" kata salah seorang kawan, mencoba mengahiri tanda tanya saya dalam pikir yang tak habis-habis "dalam politik apa saja bisa terjadi".
Jika mau mengungkit-ungkit sejarah, tidak sedikit peristiwa politik mengejutkan yang menguatkan bahwa jawaban "itulah politik, apa saja bisa terjadi" adalah jawaban yang paling pas disuguhkan.
Lihatlah Soekarno, betapa tidak mengejutkan? sang proklamator NKRI yang disanjung-puji oleh rakyatnya ternyata harus mengakhiri kekuasaan dengan kurang menyenangkan, pidato pertanggungjawaban sang presiden pada 10 januari 1967 ditolak MPRS dan DPRGR menyimpulkan ada petunjuk Soekarno terlibat dalam peristiwa 30 S.
Masih tentang Soekarno, yang mendisripsikan dirinya sebagai maha-pecinta, dalam babakan adegan pilitiknya seringkali menampillan yang berseberangan. Dia penjarakan kawan perjuangannya, Sutan Syahrir. Dia brangus pers. Dan juga yang cukup mengejutkan, ketika Hatta sang patrner sejoli dwitunggal memilih jalan lain dan meninggalkan Soekarno.
Masih segar juga dalam ingatan, ketika Soeharto yang berjuluk "bapak pembangunan" saat jaya-jayanya menjadi tumpuan dan tempat minta petunjuk para pembantunya, akhirnya ditinggalkan bahkan didesak untuk mundur dari jabatan kesayangannya oleh pembantunya sendiri saat desakan mahasiswa menuntut perubahan tak lagi bisa dibendung.
Kita mungkin juga heran dan bertanya-tanya kenapa Anas Urbaningrum diseret oleh bendaharanya sendiri? Kenapa JK yang wakil SBY di pilres 2004 kemudian memjadi rivaldi pilres 2009? Kenapa Anies yang dulu mengkritik Prabowo di pilpres 2014 kini nyagub dari partai Prabowo? Kenapa Fahri Hamzah dipecat dari PKS?, Mengapa Jokowi yang dulu pernah bilang kangen di demo, kini mulai merasa resah dengan demonstrasi? Dan banyak kenapa-mengapa yang lain. Yang untuk kalangan awam cukup dijawab " "Begiulah, dalam politik apa saja bisa terjadi".
Sebenarnya, peristiwa mengejutkan itu merupakan gejala kehidupan yang tak melulu di ranah politik. Dalam olahraga, budaya, hukum, sosial bahkan asmara pun seringkali terjadi. Dulu orang sempat bertanya-tanya "kenapa Anang meinggalkan Syahrini?, kenapa Rafi Ahmad suka sama Yuni Sara tapi kemudian meninggalkannya?, mengapa Marsyanda cerai dengan ben?, mengapa Ahmad Dani pisah denga Maya?" dan banyak kenpa-mengapa juga yang lain. Dalam kasus di luar ranah politik kita bisa menjawab "begitulah hidup, semuanya bisa berubah".
Nampaknya, hidup ini tidak melulu berisi fenomena. Betapa banyak skripsi, tesis dan disertasi yang dapat pujian, karena mampu memberi jawaban teoritis dan praktis pada sebuah persoalan kemanusiaan?, tetapi ketika dihadirkan sebuah persoalan baru dan serupa, jawaban yg disugugkan sebelumnya ternyata tak relevan. Selain fenomina, hidup ini juga mengandung misteri. Misteri itulah yang memberi ruang bagi jutaan pertanyaan untuk diajukan ulang, sehingga selalu diperlukan lagi jawaban baru yang lebih relevan
Sebagian dari kita mungkin ada yang kagetan. Kaget melihat dinamika hidup yang seringkali jauh dari ramalan, baik itu ramalan dukun atau ramalan (ilmiah) yang didasarkan pada pengetuan dan produk ilmu pengetahuan. Pristiwa menangnya Trump bisa jadi pelajaran untuk mulai menyadari bahwa hidup ini penuh misteri, karena itu janganlah mudah memastikan apa yang akan tejadi di masa depan.
Apa yang telah berlalu yang disebut sejarah itu, sekali waktu perlu direnungkan dan dialogkan kini dan di sini, dari situlah kita bisa memiliki sebuah kesadaran sejarah yang bisa membuat kita terhindar dari penyakit kagetan dan suka memastikan.
Kemengan Trump yang mengejutkan, dalam hal ini bisa dijadikan sumber pelajaran.
0 comments:
Post a Comment