Dahulu, ada
seorang laki-laki tua yang meninggal tak wajar di penjara. Ketidakwajarannya itulah
yang membuatnya dikenang, diabadikan sejarah dan menjadi inspirasi serta
pelajaran berharga bagi umat manusia setelahnya. Lelaki tua itu memilih
mengakhiri hidupnya sendiri dengan minum racun karena tak ingin berkompromi
dengan penguasa yang memintanya untuk berhenti membuat ‘keresahan’ di tengah
masyarakat yang menurut penguasa waktu itu mengganggu ‘stabilitas politik’ dan ‘keamanan
nasional’.
Keresahan apakah
yang dibuatnya gerangan, sehingga penguasa merasa terganggu? Penjahatkah dia?,
Pemberontakkah?, Koruptorkah?, Penghianatkah? BUKAN. Lekaki tua itu
menyebut dirinya “Aku hanyalah dukun beranak yang membantu orang untuk
melahirkan. Bukan melahirkan bayi, tapi melahirkan gagasan.” Sebagai dukun
yang bertugas melahirkan gagasan ia menganjurkan pada para ‘pasiennya’ yang
kebanyakan anak muda untuk membuka dan mendayagunakan akal-pikirnya agar selalu
kritis, terbuka, jujur dan berani mengungkapkan kebenaran.
Profesi sebagai
‘dukun beranak’ itulah yang ternyata dianggap oleh penguasa meresahkan dan
mengganggu stabilitas, keamanan dan ketertiban masyarakat umum. Sehingga ia
harus menerima hukuman atas ‘kejahatan’ yang dibuatnya yaitu menganjurkan
keterbukaan. Ia ditawari untuk hidup bebas dan dipenuhi segala kebutuhan
hidupnya asal profesinya ditinggalkan. Tapi ia menolak. Ia memilih mengakhiri
hidupnya dari pada harus hidup penoh kebohongan. Dan ketika ia disodorkan
sebuah minuman beracun segera diambil dan diminumnya. Perlahan tubuhnya lemas
dan akhirnya meninggal dengan senyum ketengangan di raut mukanya. Lelaki tua
yang laku hidupnya diabadikan sejarah itu bernama SOCRATES.
Berpuluh,
beratus bahkan beribu-beribu tahun setelah itu sejarah memberikan catatan
serupa. Ada banyak pejuang, filosof, pemikir, ulama, yang harus mengalami hidup
serupa Socrates. Mereka harus menerima hukuman karena ‘dosa’ yang sama yaitu “MENGANJURKAN
KETERBUKAAN, KEBERANIAN, KEJUJURAN, DAN KEBENARAN.” Husain cucu Nabi, Galileo, Suhrawardi,
Descartes, dan masih banyak lagi pejuang, pemikir dan ilmuan lain yang dianggap
meresahkan sehingga harus menanggung hukuman yang berujung pada kematian. Mereka
adalah orang-orang yang menganjurkan keterbukaan dan mengedepankan akal sehat
atau keuatan logika dalam setiap tindak-tanduk dan laku hidup sehari-hari.
Sedangkan
lawan-lawannya adalah orang-orang yang mengedepankan LOGIKA KEKUATAN dan
KEKUASAAN. Melalui KEKUATAN dan KEKUASAAN segala yang (dianggap) mengancam
jalan, kedudukan dan kenyamanan hidupnya akan dibungkam dan dibinasakan. Bagaimanapun
caranya.
Pertarungan
orang-orang yang mengedepankan KEKUATAN LOGIKA dan mereka yang mengedepankan
LOGIKA KEKUATAN itu masih berlangsung dan bisa kita saksikan hingga KINI dan di
SINI...
0 comments:
Post a Comment