Belakangan ramai berita tentang Dimas Kanjeng Taat Pribadi (DKTP). Berita tentangnya menjadi ramai setelah ia berurusan dengan polisi karena ada laporan ia terlibat kasus pembunuhan. Terkait kasus yang menyeretnya dengan penegak hukum ternyata tak terlalu mendapat perhatian publik, mungkin banyak yang sudah mafhum kalau hal itu adalah urusan penegak hukum.
Yang ramai diperbincangkan orang adalah kesaktiannya sehingga membuat banyak orang kepincut untuk berguru padanya. Tak tekecuali dari kalangan elit yang selama ini dianggap bependidikan tingkat lanjut. DKTP menurut berita yang beredar punya kemampuan melipatgandakan kekayaan melalui jalur pintas. "Aneh" kata seorang kawan "hari gini masih ada yang percaya gituan". Tapi bagaimana lagi, begitulah yang terjadi.
Berhasrat ingin kaya itu manusiawi. Dalam kesendirian memikirkan keterbatasan hidup, saya pun kadang kali berhayal mengharapkan peristiwa ajaib, ingin berjumpa harta karun, ingin menemukan barang antik yang mahal harganya, ingin terkenal, dan ingin-ingin yang lain yang bisa mengantarkan pada kaya mendadak. Di luar sana mungkin juga banyak orang miskin yang berhayal ingin punya mobil, memakai jas dan dasi, juga memanjakan istrinya dengan make-up yang mahal sehingga bisa menyulap dari yang biasa-biasa saja menjadi cantik bak bidadari seketika.Tetapi apalah adaya, khayalan hanyalah khayalan. Untuk merubah keadaan tetaplah butuh proses yang tak instan. Termasuk untuk menjadi kaya. Karena itu dalam menempuh proses itu bekal yang perlu disiapkan adalah kesabaran. Karena usaha maksimal dan panjangpun tak menjamin keberhasilan, kadangkala masih kesandung nasib orang lain yang lebih beruntung.
Jalan pintas menjadi kaya raya yang selama ini ditempuh DKTP terbongkar, bersamaan dengan itu terkuaklah keanehan-keanehan lain yang menyertai. Ada profesor, doktor, elit politik, TNI, polisi, anggota dewan, pakar dan ahli-ahli lain yang ternyata percaya dan berguru padanya. Keanehan ini menambah polusi 'ahli' di negeri ini. Seorang teman bertanya "Kok bisa ya?", Saya pun bertanya, "apakah semua orang yang berpredikat ahli dan pakar itu mesti bebas dari hal seperti itu?". Ya, belum tentu. Di situlah anehnya. Dunia ini memang penuh adegan keanehan, betapa tidak aneh kalau ada perempuan cantik ternyata berharap punya suami jelek dan sebaliknya. Ada juga yang sudah dianggap ahli agama ternyata rajin membuahi jamaahnya. Ada maling ternyata menjadi pejabat. Ada anak yang membunuh orang tuanya, ada orang tua yang menghamili anaknya dan ada banyak keanehan lainnya.
Atas dasar keanehan-keanehan itu, saya pun bingung dan tentu saja sah dan wajar jika ada orang lain mengangap biasa. Karena, aneh dan tidak aneh bagi seseorang memliki latar belakang pengalaman personalnya sendiri. Bagi yang tak pernah merasa hidup susah dan tak pernah menyaksikan penderitaan , hidup ini nikmat dan tak perlu ada yang dirisaukan. Tetapi bagi merka yang diterpa kemelaratan atau misalnya ditolak rumah sakit karena tak punya biaya, digusur rumahnya tanpa ganti rugi bisa-bisa datangnya kematian atau kiamat dianggap lebih baik daripada hidup susah berkepanjangan.
Kasus DKTP dan keanehan-keanehan yang terkuak, mengingatkan saya pada sebuah pernyataan orang bijak dalam cerita sufi, "Orang yang mengaku ahli,,tokoh, dan pakar itu" kata orang bijak dalam cerita tersebut "sebenarnya adalah orang bodoh, kebingungan dan tak bisa mengambil keputusan.".
Oh hidup!, oh manusia!,
"mari penuhi asupan gizi kita dengan minum kopi setiap hari"
(slogan sebuah warung kopi).....
Penting kaya lah bang
ReplyDeletePenting kaya lah bang
ReplyDeletePenting kaya lah bang
ReplyDelete