Bagi orang muslim kebenaran dan kesempurnaan Islam sudah
barang tentu tidak perlu diragukan, tetapi siapapun sulit atau barangkali tidak
bisa untuk menunjukkan Islam sebagaimana seharusnya, dalam perjalanannya Islam
lebih mudah dikenal melalui atribut atau bentuknya yang beragam, sehingga
dikenallah misalnya islam yang berdasarkan mazhab fikih atau kalam seperti,
muktazilah, sunni, syiah, atau berdasarkan wilayahnya misalnya islam arab,
islam persia, islam jawa, dan lain-seterusnya. Kemampuan islam untuk menembus
batas budaya dan pemikiran sepanjang zaman itu barangkali sebagai bukti bahwa
Islam agama ramhmatan lil alamin.
Nusantara sebagai wilayah yang memiliki sejarah panjang dan
berpenduduk muslim terbesar memiliki nalar keislaman sendiri yang berbeda
dengan wilayah lainnya. Hal itu dibentuk melalui proses panjang dari sejak
pertama kali islam masuk, hingga berkembang menjadi agama mayoritas. Proses
masuk yang ditempuh melalu jalur damai seakan menunjjukan bahwa pembawa islam
ke nusantra sudah mengenal karakter manusianya yang cendrung harmoni, sehingga
islam dengan mudah diterima dan berkembang pesat di nusantara ini.
Dalam ber-islam, mayoritas orang nusantara lebih menunjukkan
sebagai pelaku atau penikmat agama, hal itu tercermin dari berbagai ritual
tradisi yang diselenggarakan dalam setiap momen penting islam, seperti, grebek
mulud, grebek syawal, sekatenan, mobeng benteng dan lainnya yang dapat dijumpai
di Jawa, begitupun di daerah-daerah lain di Nusantara dengan tampilannya yang
berbeda. selain dalam bentuk ritual tradisi, corak keberislaman orang nusantra
sebagai penikmat dan pelaku agama juga juga terlihat dari pengaruh tasawuf yang
sangat kuat. Keduanya didukung dengan tradisi ilmiah yang dibangun. Sehingga
bisa dikatakan bawah Islam Nusantara dibangun di atas tiga metode yang saling
berkaitan yaitu: khazanah kebudayaan (simbolik) berupa tradisi ritual budaya
yang berbasis pada pemuliaan kanjeng nabi muhammad, spritualitas berbentuk
tasawuf, dan tradisi ilmiah berupa naskah-naskah kuno.
Atas dasar itu, untuk memahami dan mengenal islam Nusantara
tidak cukup dengan melihat atribut kekinian yang diwakili oleh ormas-ormas
islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, HTI, al-Irsyad, dan lainnya, yang
menurut saya hal itu harus dipandang sebagai respon dari kolonialisme. Yang
dibutuhkan untuk mengerti dan memahami islam nusantara yaitu pemahaman yang
menyeluruh dan tepat terhadap tiga dimensi diatas, yaitu: tasawuf,
naskah-naskah kuno, dan tradisi-tradisi keislaman di masyarakat.
0 comments:
Post a Comment