Monday, 10 October 2016

Mengenal islam Nusantara


Bagi orang muslim kebenaran dan kesempurnaan Islam sudah barang tentu tidak perlu diragukan, tetapi siapapun sulit atau barangkali tidak bisa untuk menunjukkan Islam sebagaimana seharusnya, dalam perjalanannya Islam lebih mudah dikenal melalui atribut atau bentuknya yang beragam, sehingga dikenallah misalnya islam yang berdasarkan mazhab fikih atau kalam seperti, muktazilah, sunni, syiah, atau berdasarkan wilayahnya misalnya islam arab, islam persia, islam jawa, dan lain-seterusnya. Kemampuan islam untuk menembus batas budaya dan pemikiran sepanjang zaman itu barangkali sebagai bukti bahwa Islam agama ramhmatan lil alamin.
Nusantara sebagai wilayah yang memiliki sejarah panjang dan berpenduduk muslim terbesar memiliki nalar keislaman sendiri yang berbeda dengan wilayah lainnya. Hal itu dibentuk melalui proses panjang dari sejak pertama kali islam masuk, hingga berkembang menjadi agama mayoritas. Proses masuk yang ditempuh melalu jalur damai seakan menunjjukan bahwa pembawa islam ke nusantra sudah mengenal karakter manusianya yang cendrung harmoni, sehingga islam dengan mudah diterima dan berkembang pesat di nusantara ini.
Dalam ber-islam, mayoritas orang nusantara lebih menunjukkan sebagai pelaku atau penikmat agama, hal itu tercermin dari berbagai ritual tradisi yang diselenggarakan dalam setiap momen penting islam, seperti, grebek mulud, grebek syawal, sekatenan, mobeng benteng dan lainnya yang dapat dijumpai di Jawa, begitupun di daerah-daerah lain di Nusantara dengan tampilannya yang berbeda. selain dalam bentuk ritual tradisi, corak keberislaman orang nusantra sebagai penikmat dan pelaku agama juga juga terlihat dari pengaruh tasawuf yang sangat kuat. Keduanya didukung dengan tradisi ilmiah yang dibangun. Sehingga bisa dikatakan bawah Islam Nusantara dibangun di atas tiga metode yang saling berkaitan yaitu: khazanah kebudayaan (simbolik) berupa tradisi ritual budaya yang berbasis pada pemuliaan kanjeng nabi muhammad, spritualitas berbentuk tasawuf, dan tradisi ilmiah berupa naskah-naskah kuno.

Atas dasar itu, untuk memahami dan mengenal islam Nusantara tidak cukup dengan melihat atribut kekinian yang diwakili oleh ormas-ormas islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, HTI, al-Irsyad, dan lainnya, yang menurut saya hal itu harus dipandang sebagai respon dari kolonialisme. Yang dibutuhkan untuk mengerti dan memahami islam nusantara yaitu pemahaman yang menyeluruh dan tepat terhadap tiga dimensi diatas, yaitu: tasawuf, naskah-naskah kuno, dan tradisi-tradisi keislaman di masyarakat.
Categories: ,

0 comments:

Post a Comment