Oleh: Sayidiman Suryohadiprojo
TERBUKTI globalisasi dan segala macam
internasionalisme tidak dapat meniadakan eksistensi bangsa dalam kehidupan umat
manusia.
Sebab itu, bangsa Indonesia yang lahir dalam Sumpah Pemuda
1928 dan dinyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada 17 Agustus 1945 harus
selalu kita bina eksistensinya melalui perjuangan kebangsaan yang penuh
semangat. Kebangsaan Indonesia tidak dapat lepas dari Dasar Negara Pancasila
yang juga jati diri bangsa. Menurut Bung Karno yang menggali Pancasila dari
akar kehidupan bangsa, kebangsaan Indonesia harus hidup dan berkembang dalam
taman sari internasionalisme. Itu berarti, kebangsaan Indonesia selalu
mengusahakan harmoni dengan bangsa-bangsa lain untuk mewujudkan umat manusia
yang aman damai dan sejahtera lahir batin. Kebangsaan Indonesia bukan
hendak mendominasi bangsa lain seperti dilakukan, terutama, bangsa-bangsa Barat
hingga kini.
Namun untuk mewujudkan harmoni dengan bangsa lain,
bangsa Indonesia harus kuat, maju, dan sejahtera. Bangsa yang
lemah, miskin, dan tertinggal akan merangsang bangsa lain menguasainya dan
menjajahnya, sebagaimana kita alami di masa lalu. Bangsa Indonesia maju, kuat,
dan sejahtera lahir batin dapat terwujud jika bangsa Indonesia sadar akan
karunia Allah yang telah diterima berlimpah. Sumber daya alam yang
aneka ragam dan tinggi nilainya, negara kepulauan antara dua benua dan
samudra dengan kelautan luas penuh kekayaan di dalamnya serta daratan yang
subur, dan SDM yang berpotensi tinggi serta besar jumlahnya. Karunia Allah ini
bukan main pentingnya untuk menjadikan bangsa Indonesia maju, kuat, dan
sejahtera. Hingga kini, ini justru lebih dimanfaatkan bangsa lain yang jadi
kaya karenanya, sedangkan kita tetap miskin, lemah, dan tertinggal.
Untuk dapat memanfaatkan karunia Allah itu dengan
sebaik-baiknya, bangsa Indonesia harus menumbuhkan kemampuan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang makin maju. Ada sementara orang berpendapat
untuk dapat menguasai iptek, bangsa kita harus bersikap dan berpikir seperti
manusia Barat. Namun, itu berarti meninggalkan jati diri bangsa.
Memang dunia Barat yang telah mengembangkan iptek itu
sejak mereka melakukan Renaisans. Renaisans memberikan tempat
penting bagi pikiran. Hal itu memungkinkan mereka mengembangkan iptek secara
dinamis dan menghasilkan kemampuan produksi makin maju dalam segala aspek
kehidupan. Tercipta berbagai barang kebutuhan hidup, seperti benda, alat serta
senjata yang makin membuat masyarakat Barat sejahtera dan kuat. Akan
tetapi, Renaisans juga mengutamakan tempat dan peran individu dengan
kebebasan penuh untuk mencapai apa saja yang dikehendaki, termasuk menjalankan
dominasi atas manusia lain serta menjajah bangsa lain. Individualisme dan
liberalisme sebagai sikap hidup Barat tidak mengenal harmoni antara individu
dan masyarakat.
Nafsu berkuasa
Kebersamaan hanya dianggap perlu kalau ada manfaatnya
bagi kepentingan individu. Sikap itu serta alat dan senjata makin maju
menjadikan bangsa Barat mendominasi dan menjajah bangsa-bangsa lain di dunia.
Namun, ketika bangsa lain sudah didominasi semua, sedangkan nafsu berkuasa dan
sikap agresif makin menguasai mentalitas Barat, bangsa Barat terpaksa mencari
sasarannya di sesama bangsa Barat. Maka berkobar Perang Dunia I di antara
mereka yang mengakibatkan kematian dan kehancuran besar terhadap Barat sendiri.
Setelah perang selesai para pemimpin Barat mau mencegah berulangnya perang,
tetapi nafsu berkuasa tak dapat dikendalikan dan hanya 20 tahun setelah Perang
Dunia I berakhir, pecah Perang Dunia II. Kematian dan kehancuran lebih besar
dan banyak karena teknologi militer makin berkembang dan puncaknya
senjata nuklir berupa bom atom.
Sudah sejak awal abad XX sebetulnya ada
pemimpin-pemimpin di Barat yang mengatakan bahwa sikap hidup
masyarakatnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Dengan kenyataan itu kita
simpulkan, masa depan yang maju dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia tak
mungkin dicapai dengan bersikap Barat. Mungkin segolongan kecil bangsa akan
maju dan kaya, tetapi mayoritas rakyat Indonesia akan tetap miskin dan
tertinggal. Dan, itulah gambar masyarakat Indonesia kini yang gandrung
liberalisme dan mengabaikan Pancasila sebagai jati dirinya.
Padahal, penguasaan iptek tak hanya bisa dicapai
dengan bersikap Barat. Bangsa Jepang telah membuktikan itu ketika melakukan
Restorasi Meiji untuk menolak usaha Barat menguasai Jepang. Yang
dilakukan Jepang ialah mengembangkan kemampuan berpikir bangsanya untuk
”merebut” kemampuan iptek yang dikuasai Barat. Juga membangun kemampuan
produksi di segala bidang untuk menjadikan bangsa Jepang makin mampu menyamai
kesejahteraan dan kekuatan Barat. Ini dilakukan tanpa meninggalkan jiwa dan
semangat Jepang hidup dengan dasar harmoni antara manusia Jepang dan
masyarakatnya. Solidaritas kelompok tetap kuat dan membuat Jepang maju dan
sejahtera sampai ia membuat kelalaian, mengikuti Barat melakukan penguasaan dan
penjajahan bangsa lain.
Maka, bangsa Indonesia pun dengan dasar Pancasila
dapat menguasai iptek dan membangun kemampuan produksi dan jasa di segala aspek
kehidupan. Untuk itu, harus diberikan tempat penting kepada pikiran untuk
menguasai iptek yang makin berkembang maju. Bersamaan dengan itu, kepemimpinan
nasional mengajak seluruh bangsa untuk menguatkan niat, tekad, dan semangat
untuk makin mampu memanfaatkan karunia Allah kepada Indonesia. Dan menyadarkan
seluruh bangsa, terutama kaum elite, pentingnya Pancasila dan Kebangsaan. Hal
itu akan menimbulkan perkembangan dinamis bangsa Indonesia untuk jadi maju,
sejahtera, dan kuat.
Sasaran pertama perjuangan itu menciptakan
kesejahteraan yang tinggi bagi penduduk Indonesia yang 250 juta dan masih
bertambah banyak. Bukan hanya kekayaan tinggi bagi 10 persen penduduknya
sedangkan yang 90 persen miskin, melainkan juga kesejahteraan yang adil merata
bagi seluruh bangsa sesuai dasar Pancasila. Hal itu menjadi landasan kuat untuk
membangun kemajuan di seluruh aspek kehidupan sehingga tercipta peradaban
Indonesia berdasar Pancasila.
Dengan begitu terwujud ketahanan nasional, yaitu
kondisi dinamis bangsa Indonesia berupa keuletan dan ketangguhan yang
memungkinkan bangsa menjamin survival-nya menghadapi segala macam ancaman,
tantangan dan gangguan, serta mewujudkan tujuan nasionalnya. Indonesia
akan makin mampu menjadi kontributor yang kuat bagi perdamaian
dunia dan kesejahteraan umat manusia. Lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” akan
menjadi kenyataan!
kompas /2/1/2014
0 comments:
Post a Comment