Awal bulan Januari, Virus Corona yang melanda Wuhan sejak November 2019 masih sayup-sayup beritanya. Berita banjir Jakarta, pembunuhan Qasem Soleimani, OTT Komisioner KPU, Harun Masiku yang hilang hingga kemunculan Keraton Agung Sejagat sampai Sunda Empire lebih banyak dibincangkan dan diberitakan.
Sepanjang Januari di Indonesia, mulai dari pemerintah sampai warganya masih santai-santai saja. Corona, sebagaimana Sunda Empire masih jadi bahan candaan di warung kopi.
Melihat berita tentang Wuhan terisolasi dan sepi hingga dijuluki ‘kota mati’ yang beredar di media sosial warga Indonesia masih santai, ngopi dan ngerumpi. Tanpa rasa khawatir.
Akhir Januari, pejabat pemerintah mulai menanggapi. Tanggal 27 Januari, Presiden Jokowi menganjurkan untuk waspada, karena di beberpa negara tetangga ada yang sudah terinfeksi Corona.
Dengan cepat Corona menyebar ke banyak negara. WNI di Wuhan dievakuasi. Rombongan WNI yang dipulangkan dan di karantina di Natuna dinyatakan negatif semua. Pulang ke rumah masing-masing, disambut gembira keluarga. Indonesia masih aman-aman saja. Pejabat pemerintahpun masih yakin Indonesia bebas Corona.
"Banyak kiai dan ulama yang selalu membaca doa qunut. Saya juga begitu baca doa qunut untuk menjauhkan bala, bahaya, wabah-wabah dan penyakit. Makanya (virus) corona minggir di Indonesia" kata Wapres, Ma’ruf Amin yang kemudian banyak dihebohkan di jagad medsos.
Optimisme pemerintah bahwa Indonesia bebas corona masih terlihat dari pernyataan para menteri hampir selama Februari. Mahfud MD di akun twitter menulis kelekar Airlangga Hartanto yang bilang “Karena perizinan di Indonesia ber-belit2 maka virus corona tak bisa masuk. Tapi omnisbus law tentang perizinan lapangan kerja jalan terus.”
Meski pemerintah yakin Indonesia bebas Corona, nampaknya sebagian masyarkat mulai khawatir. Ketika di medsos ada pernyataan bahwa corona bisa dicegah dengan banyak minum jamu tradisional, tiba-tiba saja jahe, temu lawak, kencur diburu warga. Masker langka, hand sanitizer-pun sulit didapatkan.
Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ada 2 WNI positif Covid-19. Tanggal 7 berlipat jadi 4, tanggal 9 jadi 19, besoknya secara berututan meningkat terus jadi 27, 34, 69, 96, dan sampai tanggal 15 berjumlah 117. Pemerintah mulai bergerak cepat, apalagi sudah ada yang meninggal karena Corona. Berita corona yang tersebar di berbagai wilayah menjadikan banyak pemda mengambil kebijakan agar sekolah, perguruan tinggi melalukan sistem mengajar dan belajar jarak jauh. Tak hanya sekolah dan perguruan tinggi, “dengan kondisi ini” kata Presiden Jokowi “saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah”
Rupanya, Corona yang di awal tahun ini masih jadi bahan candaan warga di warung kopi dan jadi bahan tertawaan beberapa elit pemerintah sampai juga ke Indonesia. Menyebar begitu cepat ke berbagai wilayah.
Meski Qunut tetap dibacakan.
Meski jahe, temu lawak, dan sekawannya tetap dikonsumsi.
Meski masker dan hand sanitaizer sudah habis diborong.
Dan,
Meski TANPA OMNIBUS LAW.
0 comments:
Post a Comment