Oleh: A.M Safwan
(Yayasan Rausyanfikr)
Sabtu (29/10), saya mendapat kehormatan diundang dalam sebuah acara pertemuan nasional Muslimah Ahlul Bait Indonesia untuk memberi pandangan tentang Peran Perempuan dalam Gerakan Kebangkitan Keluarga Perspektif Kosmologi Islam.
Inti presentasi saya bahwa jiwa perempuan (feminim) dalam kosmologi Islam dipandang sebagai kekuatan sejati alam dan fondasinya diletakkan pada manusia dengan jenis kelamin perempuan. Dengan demikian potensialitas perempuan adalah jiwa yang memiliki sifat kasih sayang dan cinta. Ketertarikan laki-laki pada perempuan karena mereka membutuhkan kasih sayang dan cinta Tuhan melalui diri perempuan (Kisah Adam dan Hawa).
Oleh karena rumah cinta itu ada pada perempuan, maka rumah itu dalam kosmologi Islam dijaga dalam ikatan suci pernikahan, sehingga pertemuan dalam rumah cinta itu telah diikat dalam jalinan keluarga yang akan mengkondisikan tercapainya 3 sifat perempuan (dicapai oleh isteri maupun suami) yaitu sakinah (tenang), mawaddah (cinta), wa rahmah (kasih sayang).
Pokok presentasi saya yang lain,bahwa perempuan adalah kader penggerak yang aktif karena mereka memiliki dorongan dari dalam dirinya yaitu cinta dan kasih sayang. Oleh karena itu,laki-laki sebagai suami diberi tugas mengelola, menjaga dan merawat itu (qawwam/kepemimpinan dalam rumah tangga). Tanggungjawab laki-laki menjaga rumah cinta itu, tanggungjawab perempuan memancarkan cinta dari dalam rumahnya.
Pada sesi tanya jawab, ada pertanyaan tentang posisi perempuan yang dapat sukses menjalani kehidupannya secara material justeru ketika berpisah dari suaminya. Saya kembali menegaskan bahwa dalam kosmologi Islam, kekuatan perempuan untuk mencapai keberhasilan material (karir) bukanlah hal yang sulit,itu mudah bagi perempuan dan fakta menunjukkan hal itu bahwa banyak perempuan yang dapat menjalani 3 peran sekaligus (profesional/pekerja, ibu dan isteri). Kita tidak menyangsikan kekuatan itu pada perempuan. Persoalan kosmologi Islam bukan di situ.
Kosmologi perempuan dilihat kaitannya dengan laki-laki (sebagai suami isterI), menurut saya kehadiran perempuan di alam untuk membantu dan menjaga laki-laki agar dapat hidup dengan cinta. Jadi perempuanlah dalam kosmologi yang dipandang secara spiritual sebagai penjaga laki-laki (bukan sebaliknya) dalam keluarga. Jadi kemampuan perempuan untuk sukses di alam tidak diragukan lagi,karena ia adalah kekuatan alam, persoalannya, kalau mereka melakukan itu karena laki-laki tidak mampu melakukannya, maka akan merugikan laki-laki itu sendiri karena perempuan akan terganggu fokusnya dalam menghidupkan rumah dengan cinta, secara syariat tidak ada halangan buat perempuan (isteri) untuk melakukan kerja material itu sepanjang tidak mengganggu potensi cinta misalnya untuk mendidik anak. terganggu, dan yang lebih berat lagi ketika laki-laki akan merasakan kehampaan cinta.
Dengan demikian, saya berkesimpulan secara kosmologi, bahwa perempuanlah harapan kita untuk menjaga kehidupan spiritual laki-laki. Merekalah penjaga jiwa laki-laki. Marilah kita bersahabat dengan perempuan, oleh karena mereka yang merawat dan menjaga laki-laki. Dalam hati laki-laki akan muncul kebahagiaan yang luar biasa, ketika masih ada rumah cinta dalam diri perempuan, sebaliknya,laki-laki akan menjadi gelisah dan hampa ketika keluarganya telah kehilangan rumah cinta.
Ah,..mungkin memang laki-laki sejatinya adalah makhluk yang lemah tanpa perempuan di sisinya.
Bagaimana sedihnya Nabi al Mustafa Muhammad Saw ketika Sayyidah Khadijah meninggalkan dunia ini, sehingga Fatimah Az Zahra menjadi ibu bagi ayahnya (ummu abiha).
Fatimah Az Zahra sering disebut sebagai pemimpin bagi para perempuan di alam ini (sayyidatun al nisa' al'alamin)
Wahai para perempuan, janganlah tinggalkan rumah cinta ini, karena kalian ditugaskan untuk menjaga jiwa laki-laki
kasihanilah laki-laki yang lemah jiwanya
demi jiwa Az Zahra...
Salam atas Fatimah Az Zahra putri Nabi al Mustafa Muhammad Saw.
Wallahu'alam bi al shawab.
0 comments:
Post a Comment